FBS-Karangmalang. Satu yang tak bisa terlepas mengenai Chairil Anwar adalah sajak-sajaknya. Ia memang mati muda dan tak sempat mengecap hidup dalam Era Modern, tapi sajaknya tetap mengabadi. Latar belakang inilah yang mendorongKeluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) untuk menyelanggarakan Malam Puncak Haul Chairil Anwar bertema “Seribu Tahun Lagi Untuk Sajak Chairil Anwar”.
Doc. KMSI
Acara Haul diawali dengan diadakannya Lomba Cipta Puisi bagi Mahasiswa dan Baca Puisi bagi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tingkat DIY. Kemudian malam puncak diselenggarakan pada Sabtu, 28 April 2012 di Laboratorium Karawitan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY).
“Sejatinya, mahasiswa sastra perlu mengubah paradigmanya agar tidak melulu berkutat dengan hal berbau tekstual. Sastra itu luas, ruang-ruangnya tidak sebatas teoritis, banyak yang bisa dikaji. Coba sekali-kali tengok basis kepengarangan dan masyarakat. Jangan hanya mereduksi yang sudah ada dan akhirnya menjadi proses duplikasi,” begitu tutur Dr.Aprinus Salam, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (FIB UGM) dalam khotbah kebudayaannya.
Selain khotbah acara, malam puncak tersebut juga diisi dengan pembacaan dan musikalisasi puisi oleh para Bintang Tamu (Kedung Dharma Romansa, Asarkem, Sasmita, Urban Musik Kustik) dan audience. Acara dilanjutkan dengan pengumuman para juara lomba. Tampil sebagai juara 1,2, dan 3 Lomba Cipta Puisi tingkat DIY adalah Armada Nurliansyah, I Dewa Ayu Diah Cempaka, dan Arizal Maulana, sedangkan untuk Lomba Baca Puisi dimenangkan oleh Erna Yuliana Lestari (SMAN 1 Sentolo), Septin Lovenia Indranti (SMAN 2 Ngaglik), dan Desi Indriyanti (SMAN 1 Sentolo).
Ditanya mengenai sajak dan pendapat pemuda masa kini, Sirot dan Juwariyah Wonga (mahasiswa Sastra Indonesia) mengatakan bahwa sajak Chairil Anwar menunjukkan jika ia begitu abadi, sehingga bagi para pemuda taraf sajaknya bukan merupakan masa lampau tetapi masa depan. (fitriananda)